Berbicara masalah media dan politik adalah dua hal yang sangat menarik untuk di kupas, keduanya saling memiliki ketergantungan peran, media merupakan alat komunikasi yang begitu dekat dalam kehidupan masyarakat, media dapat ditemukan di mana saja, hadir dalam berbagai bentuk baik online maupun cetak dengan kata lain masyarakat di kelilingi oleh media. Tentu peran media sangat mempengaruhi opini masyarakat, kerap menimbulkan isu-isu tentang dunia politik, di dalamnya disajikan berbagai masalah politik baik lokal maupun nasional bahkan internasional yang dianggap menarik untuk di bahas dan kemudian menjadi komsumsi bebas bagi masyarakat. Perkembangan isu dalam dunia politik sangat beragam dan terus berubah ubah seiring berjalannya roda kehidupan politik dalam masyarakat tentu ini alasan mendasar media sangat tertarik untuk menjadikan isu politik sebagai ladang mata pencaharian untuk disajikan kepada masyarakat setiap harinya.
Begitu halnya politik, dalam dunia politik maka akan berbicara masalah kekuasaan, bagaimana cara memperolehnya serta mempertahankannya, dengan disisipi berbagai kepentingan-kepentingan politik tentunya. Tidak mudah untuk setiap insan mencapai kekuasaan tentu ada deal-deal politik yang harus dilakukan, begitulah dunia politik pada umumnya, ibarat kan warna dunia politik itu abu-abu bukan hitam juga bukan putih. Ini yang menjadi tantangan dalam dunia politik bagi aktor politik di dalamnya jika ingin duduk di atas kursi kekuasaan ,maka harus pandai dalam memainkan media, maka tidak salah jika peran medialah salah satu cara yang difungsikan untuk menjadi kendaraan mereka bagaimana menggiring opini hingga sampai kepada masyarakat. Sejauh ini media dan politik saling memiliki keterkaitan dalam objek yang sama yaitu bagaimana mempengaruhi opini masyarakat namun yakinlah bahwa politik dan media mempunyai perbedaan dalam hal kepentingan-kepentingan.
Berbicara masalah media dan politik penulis melihat bahwa keduanya memiliki hubungan yang begitu relevan ,media sebagai kendaraan dan isu politik dijadikan sebagai barang dagangan yang siap di jajankan kepada konsumen, tergantung kemudian bagaimana media bisa memasarkannya, laku tidak laku itu terserah kehendak konsumen, media akan tetap menjual, begitulah kira-kira istilah yang penulis gunakan tentang mesin media dan politik berjalan. Media sosial bersifat bebas dan terbuka sehingga menjadi sasaran yang empuk bagi politisi dalam rangka meraih perhatian publik. Para politikus yang berlomba membentuk pencitraan baik di depan publik lewat media sosial itu tidak semata agar dikenal sebagai tokoh yang pro rakyat, namun di balik itu politikus memiliki tujuan yang lebih visioner. Tujuan dari politik media adalah dapat menggunakan komunitas masa untuk memobilisasi dukungan publik yang mereka perlukan untuk memenangkan pemilihan umum dan memainkan program mereka ketika duduk di ruangan kerja.
Politisi yang tengah berupaya mengembangkan pengaruhnya di hadapan publik tak ubanya berlaku sebagai aktor. Aktor politik di media sosial dibentuk oleh para simpatisan atau pendukung politikus tersebut, baik yang sama-sama memiliki kepentingan maupun hanya karena menyukainya. Pemberitaan oleh simpatisan itu mengarahkan pada pembentukan opini masyarakat untuk mendukung politisi yang diberitakan tersebut.
Begitu dekat dan besarnya kekuatan pengaruh media, tentu begitu besar juga dampaknya yang akan kita rasakan, tidak semua jajanan media boleh dibeli, konsumen yang cerdas maka harus bijak dalam memilih mana yang dapat dibeli mana yang tidak, lebih-lebih isu politik yang media sajikan dengan berbagai sisipan kepentingan-kepentingan.
Media juga memiliki peran dalam meredam konflik dengan menghindari pemberitaan yang memicu sebuah konflik, namun kenyataan di lapangan masih banyak media justru menjadi pemicu sebuah konflik, apakah anda ingat kasus Ahok, mantan bupati belitung tentang tanyangan vidio yang di unggah ke dalam media sosial, ketika saat berkampanye dalam statusnya sebagai calon Gubernur DKI di Kepulauan Seribu, Ahok mengatakan bahwa al-maidah ayat 51 adalah alat kebohongan, ini menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat bahkan ulama tanah air, para ulama memfatwakan bahwa Ahok melakukan penghinaan terhadap satu agama dalam hal ini Islam ,sehingga timbulnya gesekan konflik antar agama yang justru merugikan kebinekaan bangsa Indonesia.
Media massa sebagai wadah penyampaian informasi, media hiburan, pendidikan, dan politik juga berfungsi sebagai kontrol sosial, media massa mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sosial dan politik. Karena perannya yang sangat potensial untuk mengangkat dan membuat opini publik sekaligus sebagai wadah berdialog antar lapisan masyarakat pada dasarnya, efektivitas yang dihasilkan dari fungsi ini (kontrol sosial) bergantung pada integritas media itu sendiri. Juga bergantung pada tingkat kepercayaan publik terhadap media yang bersangkutan. Untuk itu, sebagai pranata sosial yang menjadi corong informasi utama masyarakat, media pun harus memerhatikan integritasnya sendiri. Penulis, (Gemasih, Mahasiswa Ilmu Politik, FISIP, Unsyiah)
0 komentar:
Posting Komentar